Senin, 20 Januari 2014

(Resensi) Tenggelamnya Kapal Van der Wijck


Tenggelamnya Kapal Van der Wijck


     
Film drama romantis Indonesia tahun 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck mengisahkan tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Diproduksi oleh Soraya Intercine Films, film ini antara lain dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, Reza Rahadian, dan Randy Danistha.
Dengan biaya produksi yang tinggi, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Proses produksinya sendiri menghabiskan waktu selama lima tahun, dan penulisan skenarionya dilakukan selama dua tahun. Film ini dirilis pada tanggal 19 Desember 2013.

SINOPSIS

Nusantara tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarah Bugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang bernasabkan garis keturunan ibu tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.

Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.

Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya; Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaiki kapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya.

·         Berikut Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck :

Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck berkisah tentang kasih tak sampai antara sosok pemuda tampan berdarah Minang-Bugis bernama Zainuddin diperankan Herjunot, dengan dara cantik Hayati (Pevita Pearce), perempuan yang murni keturunan Minang. Aziz jatuh cinta kepada Hayati yang juga keturunan Minang. Ia dan keluarganya pun melamar Hayati. Meskipun pertunangan tersebut disetujui oleh kedua belah pihak, namun sebenarnya cinta Hayati hanya untuk Zainuddin (Herjunot Ali), pemuda berdarah campuran Minang dan Bugis.
Karena berdarah campuran, Zainuddin dianggap tak bertalian darah dengan kerabatnya di Minang. Karena merasa terasingkan, Zainuddin sering curhat pada Hayati lewat surat hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Seiring berjalannya waktu, Zainuddin pun memutuskan pindah ke Padang Panjang sesuai permintaan ibunda Hayati.

Namun sebelum berpisah, Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia. Namun, Hayati terpaksa menikah dengan Aziz. Mendengar pernikahan itu, Zainuddin geram dan pergi ke Surabaya. Di sana, ia menjadi penulis terkenal dan hidup berkecukupan.

Ternyata Aziz dan Hayati juga pindah ke Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Lambat laun, rumah tangga mereka di ambang kehancuran, ditambah lagi Aziz dipecat dari pekerjaannya. Hayati bersama Aziz yang mulai hancur karena dihantam berbagai masalah lalu menumpang hidup di rumah Zainuddin. Di balik kebaikan Zainuddin itu, sebenarnya dia masih sakit hati kepada Hayati yang dulu dianggapnya pernah ingkar janji.


à PEMERAN

Nama
Peran
1
Pevita Pearce
"Rangkayo" Hayati
2
Herjunot Ali
Zainuddin
3
Reza Rahadian
Aziz
4
Randy Danistha
Muluk
5
Arzetti Bilbina
-
6
Kevin Andrean
Sophian
7
Jajang C. Noer
Mande Jamilah
8
Niniek L. Karim
Mak Base
9
Femmy Prety
-
10
Dewi Agustin
-
PRODUKSI
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau Hamka, dan menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Sutradara film ini, Sunil Soraya, menegaskan bahwa hal itu disebabkan karena harus membuat suasana cerita film seperti yang dikisahkan pada tahun 1930-an sesuai dengan era novel. Selain itu, juga banyak riset dan hal-hal lainnya yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan gambar yang maksimal, yang juga membuat ongkos produksi tinggi.
Observasi, proses pra-produksi, pemilihan pemeran, sampai penulisan skenariopun dimulai sejak tahun 2008, yang artinya sudah berjalan selama lima tahun. Sunil menyatakan bahwa ia sempat ragu kalau film ini dapat diselesaikan karena cukup panjang prosesnya. Salah satu elemen tersulit adalah menemukan kapal yang menyerupai kapal Van der Wijck pada tahun 1930-an. Pada akhirnya, replika kapal dibuat ulang dengan memesan kapal dari Belanda, yang memang menjadi produsen asli kapal Van der Wijck.
Untuk proses penyuntingan dilakukan selama 4-5 bulan setelah proses syuting selama 6 bulan dengan 300 adegan. Hasilnya, film ini berakhir dengan durasi selama 2 jam 49 menit. Seluruh kostum dalam film ini dibuat oleh perancang busana Samuel Wattimena. Sedangkan untuk penulisan skenario mengalami proses revisi selama beberapa kali karena sutradara ingin menyampaikan semangat dan pesan novel Hamka, tak hanya menyajikan kisah cinta biasa. Riset yang dilakukan untuk latar dan properti otentik seperti mobil, baju, dan barang-barang era 1930-an, juga membutuhkan waktu yang tak singkat. Proses pengambilan gambarnya sendiri dilakukan di Medan, Padang, Surabaya, Lombok, dan Jakarta.
Kesulitan lainnya adalah sang sutradara juga harus mencari laut yang tidak memiliki ombak kencang, karena kapal Van der Wijck dikisahkan tenggelam bukan karena ombak besar. Sementara tempat syuting lautnya kencang sekali. Akhirnya tim produksi mendatangkan tenaga ahli dari luar untuk menampilkan efek tenggelam tanpa menggunakan animasi. Salah seorang penulis skenario, Donny Dhirgantoro menjelaskan skenario ditulis selama dua tahun dengan riset yang mendalam. Bersama dengan Imam Tantowi, keduanya menyusun skenario yang sesuai dengan era tersebut mengenai kapal hingga adat Minang untuk menjadi bahan bagi para pemain film.
MUSIK
Pengiring musik dalam jalur suara untuk film ini dengan mempersiapkan empat buah lagu. Gitaris Nidji, Andi Ariel Harsya, berperan sebagai produser untuk album jalur suara tersebut. Proses rekaman lagu-lagu tersebut melibatkan sahabat Nidji dari Inggris, Jason O`Bryan. Singel pertama yang dipilih berjudul Sumpah & Cinta Matiku. Nidji menyatakan memasukkan konsep pop Britania dengan unsur musik gregorian untuk memberi kesan megah dan kolosal.
Kritik
Setelah poster film ini dirilis, sejumlah masyarakat Minang yang tergabung dalam sebuah grup di jejaring sosial Facebook memrotes poster film ini yang menurut mereka tidak sesuai dengan adat dan budaya Minang yang sangat menjunjung tinggi ajaran Islam. Mereka mengklaim bahwa poster ini merupakan bentuk "pemerkosaan terhadap karya Hamka, karena Nurhayati yang diperankan oleh Pevita Pearce merupakan gadis Minang yang kuat adat dan agama, tidak memakai baju terbuka seperti yang ada di poster. Tetapi film ini bagus dan dapat dinikamati serta bisa menjadi informasi pengetahuan bahwa dulu di daerah Indonesia pernah terjadi suatu kejadian yang sangat dramatis dan sangat bersejarah sampai terkenal di dunia.


by : Samodra  --> ODA (F100100051)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BALI HOLIDAY

BALI HOLIDAY
M E ODASAMODRA